Rabu, 05 Juni 2013

laporan fistum absisi daun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  JUDUL
Auksin Dan Absisi Bagian Atau Organ Tumbuhan

1.2  TUJUAN
·         Untuk melihat pengaruh auksin(IAA) terhadap absisi organ tumbuhan
·         Untuk mengetahui efek IAA pada gejala apikal dominan

1.3 LANDASAN TEORI
Auksin berasal dari bahasa Yunani “Auxano” yang berarti tumbuh atau bertambah. Auksin merupakan golongan dari substansi pemacu pertumbuhan tanaman dan morfogen (fitohormon) yang paling awal ditemukan (Woodward, dkk,. 2005).
Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk mengatur pemanjangan sel didaerah belakang meristem ujung (Paponov, dkk,. 2008). Auksin merupakan hormon pertama yang ditemukan dan disintesis dalam batang, akar apex dan ditransportasikan di aksis tanaman. Hormon auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tanaman. Dominasi apikal biasanya ditandai dengan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti, pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominasi apikal dapat dikurangi dengan mendorong bagian pucuk tumbuhan sehingga produksi auksin yang disintesis pada pucuk akan terhambat bahkan terhenti. Hal ini akan mendorong pertumbuhan tunas lateral (ketiak daun) (Hopkins, 1995). Auksin yang terhenti dapat digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi dengan Lanolin untuk mengetahui pertumbuhan lateralnya (Paponov, dkk, 2008).
Auksin berperan dalam penghambatan tunas lateral dan menunjang dominansi apikal, sehingga tanaman menjadi tumbuh dengan cepat ke atas. Salah satu anggota dari auksin yang paling dikenal adalah IAA. IAA berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas lateral. Oleh karena itu untuk meneliti pengaruh IAA, dilakukan percobaan mengenai penghambatan tunas lateral dan dominansi apical dengan menggunakan kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) dengan beberapa perlakuan. Percobaan ini bertujuan untuk meneliti pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral.
Auksin bukan hanya terbentuk pada pucuk yang sedang tumbuh tetapi juga pada daerah lain termasuk beberapa yang terlibat pada tahap reproduksi, misalnya serbuk sari, buah, dan biji.  Salah satu gejala yang terkenal yang diperantarai, setidak-tidaknya sebagianoleh auksin ialah dormansi ujung.  Akar lateral seperti halnya kuncup lateral juga dipengaruhi oleh auksin dan pemakaian zat-zat ini dariluar sangat mendorong pembentukan akar lateral.  Penggunaan praktis yang sangat penting gejala ini adalah dalam menggalakkan pembentukan akar pada perbanyakan tanaman dengan setek.  Salah satu hasil utama penyerbukan bunga adalah peningkatan kandungan auksin dalam bakal buah.  Pemberian auksin sintetik telah lama dikenal untuk mendorong proses yang sama tanpa penyerbukan dan menghasilkan buah tanpa biji (Loveless, 1991).
Pengaruh auksin terhadap berbagai aspek perkembangan tumbuhan (Heddy, 1989), yaitu:
a.       Pemanjangan sel
IAA atau auksin lain merangsang pemanjangan sel, dan juga akan berakibat pada pemanjangan koleoptil dan batang.  Distribusi IAA yang tidak merata dalam batang dan akar menimbulkan pembesaran sel yang tidak sama disertai dengan pembengkokan organ.  Sel-sel meristem dalam kultur kalus dan kultur organ juga tumbuh berkat pengaruh IAA.  Auksin pada umumnya menghambat pemanjangan sel-sel jaringan akar.
b.      Tunas ketiak
IAA yang dibentuk pada meristem apikal dan ditranspor ke bawah menghambat perkembangan tunas ketiak (lateral).  Jika meristem apikal dipotong, tunas lateral akan berkembang.
c.       Absisi daun
Daun akan terpisah dari batang jika sel-sel pada daerah absisi mengalami perubahan kimia dan fisik.  Proses absisi dikontrol oleh konsentrasi IAA dalam sel-sel sekitar atau pada daerah absisi.
d.      Aktivitas cambium
Auksin merangsang pembelahan sel dalam daerah kambium.
e.       Tumbuh akar
Dalam akar, pengaruh IAA biasanya mengahambat pemanjangan sel, kecuali pada konsentrasi yang sangat rendah.
Di dalam jaringan yang tumbuh aktif terdapat dua macam auksin, yaitu auksin bebas yang dapat berdifusi, dan auksin terikat yang tak dapat berdifusi.  Dengan pelarut seperti eter dapat dipisahkan kedua macam auksin tersebut.  Auksin yang terikat merupakan pusat dari kegiatan hormon di dalam sel, sedangkan auksin bebas adalah kelebihan di dalam keseimbangannya.  Maka auksin yang terikat adalah zat yang aktif di dalam proses pertumbuhan (Kusumo, 1984).
Hasil penelitian terhadap metabolisme auksin menunjukkan bahwa konsentrasi auksin di dalam tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.  Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA (Abidin, 1983) adalah :
a.       Sintesis auksin.
b.      Pemecahan auksin.
c.       Inaktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul.
Zat tumbuh atau hormon adalah zat kimia yang dibuat dalam suatu bagian tanaman tertentu, tetapi mempengaruhi bagian lain dari tanaman tersebut (Darmawan, 1983).  Sedangkan menurut Salisbury dan Ross (1995), hormon tumbuhan adalah senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis.
           Respon pada organ sasaran tidak perlu bersifat memacu, karena proses seperti pertumbuhan dan diferensiasi kadang malahan terhambat oleh hormon.  Karena hormon harus disintesis oleh tumbuhan, maka ion anorganik seperti K+ atau Ca2+, yang dapat juga menimbulkan respon penting, dikatakan bukan hormon.  Zat pengatur tumbuh organik yang disintesis oleh ahli kimia organik atau yang disintesis organisme selain tumbuhan juga bukan hormon.  Batasan tersebut menyatakan pula bahwa hormon harus dapat dipindahkan di dalam tubuh tumbuhan (Salisbury dan Ross, 1995).
Hormon nabati yang paling dulu dikenal dan paling banyak diteliti termasuk ke dalam kelompok auksin.  Auksin adalah merupakan salah satu dari zat pengatur tumbuh yang didefinisikan sebagai senyawa yang dicirikan oleh kemampuannya dalam mendukung terjadinya perpanjangan sel (cell elongation) pada pucuk dengan struktur kimia dicirikan oleh adanya indole ring (Abidin, 1983).
Tunas apikal adalah tunas yang tumbuh di pucuk (puncak) batang. Dominasi apikal dan pembentukan cabang lateral dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormon. Dominasi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Selama masih ada tunas pucuk/apikal, pertubuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Dominasi apikal disebabkan oleh auksin yang didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral. Hal ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Pucuk apikal merupakan tempat memproduksi auksin (Dahlia, 2001).

























BAB II
METODE PERCOBAAN


2.1 ALAT DAN BAHAN
-          Tanaman Coleus sp
-          Pasta IAA
-          Vaselin
           
2.2 CARA KERJA
a.      Percobaan Auksin Dan Absisi Bagian Atau Organ Tumbuhan
1.      Pilih 2 tanaman Coleus sp yang baik
2.      Pilih 3 daun pada masing tanaman dan potong daun tadi dan sisakan bagian petiol daunnya
3.      Petiol tanaman pertama di beri IAA dan petiol tanaman kedua di beri vaselin
4.      Amati setiap 2 hari apakah ada petiol yang gugur,catat waktunya.
5.      Setiap 1 minggu ukur panjang masing masing petiol
6.      Catat data hasil pengamatan

b.      Percobaan Apikal Dominan
1.      Pilih 3 pucuk tanaman Coleus sp yang bagus
2.      Pucuk 1 dibiarkan(kontrol) dan pucuk 2 dan 3 di potong
3.      Pucuk 2 di olesi pasta IAA dan pucuk 3 di olesi vaselin
4.      Lalu amati setiap 2 hari perubahan yang terjadi pada tanaman
5.    Catat hasil pengamatan








BAB III
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
3.1   HASIL PERCOBAAN
a. Tabel Pengamatan Auksin dan Absisi Bagian atau Organ Tumbuhan
Pengamatan ke-
Pengukuran
Perlakuan
Kontrol
Vaselin
IAA
1
Panjang
2 cm
2 cm
2 cm
Perubahan
Ujung yang dipotong layu
Ujung yang dipotong kaku
Ujung yang dipotong segar
2
Panjang
2 cm
2 cm
2 cm
Perubahan
Ujungnya mengering
Ujungnya menegering
Ujungnya menguning
3
Panjang
2 cm
2cm
2 cm
Perubahan
Ujungnya mengering
Ujungnya tambah mengering
Ujungnya menguning
4
Panjang
2cm
0cm
2,2 cm
Perubahan
Ujungnya lebih mengering
Tangkai daun rontok
Ujungnya menguning
5
panjang
0 cm
-
2,4 cm
perubahan
Tangkai daun rontok
-
Ujungnya menguning dan menyebar ke batang
6
panjang
-
-
2,6 cm
perubahan
-
-
Tangkai daun rontok

b. Tabel Pengamatan Apikal Dominan
Perlakuan
Pengukuran
Pengamatan ke
1
2
3
4
5
6
Kontrol
Tumbuh tunas
-
-
*
*
*
*
Pertambahan panjang
-
-
-
-
-
-
Vaselin
Tumbuh tunas
-
-
-
-
-
-
Pertambahan panjang
-
-
-
-
-
-
IAA
Tumbuh tunas
*
-
*
*
*
*
Pertambahan panjang
Tidak terjadi pertamabahn panjang
-
0,6 cm
-
-
-

3.2  PEMBAHASAN
a. Auksin dan absisi bagian atau organ tumbuhan
Percobaanyang dilakukan pada praktikum Auksin dan absisi organ atau bagian tumbuhan. Dengan menggunakan tanaman Coleus sp yang diberi perlakuan yaitu dengan pemberian Vaselin, IAA dan kontrol pada ujung tangkai daun yang sebelumnya tangkai daunnya dipotong dengan menyisakan ukuran 2cm pada semua sampel tumuhan yang dilakukan.
Pengamatan pertama yang dialkuakn, dimana pengamatan yang dilakukan yaitu 2 kali seminggu selama 3 minggu. Semua tanaman berukuran masih berukuran 2 cm pada ujung tangkai yang dipotong. Namun pada tanaman kontrol ujung tangkai bekas potongan daun dalam kondisi agak layu. Untuk perlakuan vaselin ujung tangkai bekas potongan daun dalam kondisi kaku, pada perlakuan IAA ujung tangkai bekas potongan daun dalam kondisi segar. Pada pengamatan pertama ini sudah menunjukkan reaksi dari zat yang diberikan pada tanaman. Walaupun belum ada pertambahan panjang.
Pada pengamatan ke-2 dan pengamatan ke-3 semua tanaman juga masih melmiliki ukuran yang sama, belum ada perubahan yaitu  2cm. Untuk kontrol  ujung tangkainya mengering, untuk vaselin tangkai daun mengering, dan untuk IAA dengan ujung tangkai yang menguning.
Pada pengamatan ke-4, untuk kontrol panjangnya 2 cm dengan ujung tangkainya lebih mengering dan untuk IAA mengalami pertambahan panjang yaitu 3 cm dengan ujungnya yang juga tetap menguning, namun pada tanaman yang diberi vaselin mengalami rontok, dimana pada pengamatan sebelumnya mengalami kering.
Pada pengamatan ke-5 kontrol mengalami pengguguran atau rontok, sedangkan pada tanaman yang diberi IAA walaupun keadaannya menguning pada ujungnya masih mengalami pertambahan panjang yaitu 2,4cm. kemudian, pada pengamatan terakhir, yaitu pengamatan ke-6 tanaman yang diberi IAA rontok, namun pada ukurannya mengalami pertambahan panjang yaitu 2,6 cm.   
tangkai yang menjadi kontrol, yang posisinya berada di bawah tangkai olesan, dan usianya lebih tua dengan tangkai daun yang diolesi vaselin karena terletak paling bawah, dan seharusnya mengalami absisi daun yang pertama kalinya tidak membuat tangkai kontrol gugur terlebih dahulu daripada tangkai yang diolesi dengan vaselin. Hal tersebut dikarenakan vaselin merupakan senyawa yang dapat mempercepat absisi daun dikarenakan batang menjadi kaku setelah diolesi vaselin itu menandakan sel-selnya mengalami kematian sel dan menjadi kaku sehingga mudah gugur saat tersenggol atau tertiup angin.
Tapi pada praktikum yang kami lakukan, tangkai daun yang diolesi dengan vaselin mengalami absisi terlebih dahulu dibandingkan tangkai daun yang diolesi IAA dengan umur yang lebih tua. Hal tersebut dikarenakan daerah yang akan mengalami absisi sel-selnya dapat membelah secara aktif dan sel-sel pemisah yang terbentuk oleh parenkim tidak mudah larut dan bahkan sel-selnya tidak mudah hancur karena pengaruh hormon auksin yang terkandung dalam IAA, sehingga absisi dapat dicegah lebih lama. Pengaruh itu lebih jelas dengan pertambahan panjang tangkai daun yang diolesi IAA.
b.   Dominansi apikal
Pada pengamatan  selanjutnya yaitu pengamatan yang diamati pertumbuhan bagian apikal dan tunas disekitar apical, masih menggunakan tanaman Coleus sp. Tanaman  yang dikasih vaselin tunas disekitarr apikal tidak tumbuh,danjuga tidak mengalami pertumbuhan. Sedangkan pada tanaman yang bagian kontrol tunas tetap tumbuh pada bagian yang dipotong, tapi pada control ini tidak mngalami pertumbuhan.
 Dan bagian yang diberi  IAA, tunas tumbuh dan bagian yang diberi IAA mengalami pertumbuhan dengan panjang 0,6 cm dari titik potong. Pengamatan  dialkukan slama 3 minggu. Pada minggu-minggu pertama belum ada perubahan, namun perubahan tampak pada minggu ke dua pengamatan ke-3 dimana pada daerah yang diberi IAA tumbuh, dan ukurannya bertamabah panjang, begitu juga dengan tanaman kontrol, walaupun tidak mengalami pertumbuhan, tapi tetap tumbuh tunasnya.
Semakin tinggi kadar konsentrasi auksin yang diberikan pada tanaman maka akan menghambat pertumbuhan tunas lateral, sebaliknya jika sedikit kadar auksin yang diberikan akan mempercepat pertumbuhan tunas lateral sebagaimana yang telah disebutkan diatas.Tanaman yang diolesi vaselin dan IAA dapat dikatakan mengalami dominansi apikal kerena tunas lateral yang tidak tumbuh. Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan, dominansi apikal atau dominanis pucuk biasanya menandai pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominansi apikal setidaknya berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan lateral. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk.
BAB IV
PENUTUP
4.1  KESIMPULAN
·         Pengaruh IAA terhadap proses absisi daun/pengguguran daun adalah menghambat proses absisi daun, sehingga proses pengguran daun lebih lama.
·         Auksin menghambat tumbuhnya tunas lateral pada tanaman. Jika kadar auksin yang diberikan pada tanaman banyak, maka akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan lateral, sedangkan jika pemberian auksin sedikit maka pertumbuhan tanaman akan lebih cepat.

4.2. SARAN
·         Pada saat melakukan percobaan seharusnya telah menyediakan alat dan bahan yang sesuai, sehingga pratikum dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Serta bahan yang digunakan seharusnya disesuaikan sehingga tidak ada bahan yang terbuang sia-sia.
·         Praktikan diharafkan untuk lebih teliti dalam melakukan praktikum terutama pada pengukuran  agar data yang diperoleh valid.







DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal.  1983.  Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.  Bandung: Angkasa
Dahlia.2001. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Malang: UM Press.
Darmawan, Januar dan Baharsjah Justika S.  1983.  Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman.  Semarang: Suryandaru Utama
Heddy, Suwasono.  1989.  Hormon Tumbuhan.  Jakarta : CV Rajawali
Katuuk, R. P. J.. 1989. Tehnik Kultur Jaringan dalam Mikropropagasi Tanaman. Jakarta: Departemen P dan K
Kimball, John W.  1992.  Biologi Jilid 2.  Jakarta : Erlangga
Kusumo, Surachmat.  1984.  Pengatur Tumbuh Tanaman.  Bogor : CV Yasaguna
Loveless, A. R.  1991.  Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah. Tropik.Jakarta : Erlangga
Salisbury, Frank B dan Ross, Cleon W.  1995.  Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung: ITB
Wilkins, Malcolm B.  1992.  Fisiologi Tanaman 1.  Jakarta : Bumi Aksara.











LAMPIRAN

 
















 





LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN
AUKSIN DAN ABSISI BAGIAN ATAU ORGAN TUMBUHAN
OLEH :
Nama                                      : Dwi Mentari
NPM                                       : A1D011041
Kelompok                              : 6 (Enam)
Dosen Pembimbing              : Dra. Yennita, M.Si
Asisten Dosen                        : Deni Parlindungan
  Rendy Zuldi Eka Putri
  Titis Abi Manyu
  Aryoga Pratama

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar