BAB I
PENDAHULUAN
1.1 JUDUL
Auksin
Dan Absisi Bagian Atau Organ Tumbuhan
1.2 TUJUAN
·
Untuk melihat pengaruh
auksin(IAA) terhadap absisi organ tumbuhan
·
Untuk mengetahui efek IAA pada gejala apikal dominan
1.3 LANDASAN TEORI
Auksin berasal dari bahasa Yunani “Auxano” yang
berarti tumbuh atau bertambah. Auksin merupakan golongan dari substansi pemacu
pertumbuhan tanaman dan morfogen (fitohormon) yang paling awal ditemukan
(Woodward, dkk,. 2005).
Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada
ujung batang, akar dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk mengatur
pemanjangan sel didaerah belakang meristem ujung (Paponov, dkk,. 2008). Auksin
merupakan hormon pertama yang ditemukan dan disintesis dalam batang, akar apex
dan ditransportasikan di aksis tanaman. Hormon auksin diproduksi secara endogen
pada bagian pucuk tanaman. Dominasi apikal biasanya ditandai dengan pertumbuhan
vegetatif tanaman seperti, pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominasi apikal
dapat dikurangi dengan mendorong bagian pucuk tumbuhan sehingga produksi auksin
yang disintesis pada pucuk akan terhambat bahkan terhenti. Hal ini akan
mendorong pertumbuhan tunas lateral (ketiak daun) (Hopkins, 1995). Auksin yang
terhenti dapat digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi dengan
Lanolin untuk mengetahui pertumbuhan lateralnya (Paponov, dkk, 2008).
Auksin berperan dalam penghambatan tunas lateral dan
menunjang dominansi apikal, sehingga tanaman menjadi tumbuh dengan cepat ke
atas. Salah satu anggota dari auksin yang paling dikenal adalah IAA. IAA
berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas lateral. Oleh karena itu untuk meneliti
pengaruh IAA, dilakukan percobaan mengenai penghambatan tunas lateral dan
dominansi apical dengan menggunakan kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) dengan beberapa perlakuan. Percobaan ini
bertujuan untuk meneliti pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral.
Auksin bukan hanya terbentuk pada pucuk yang sedang
tumbuh tetapi juga pada daerah lain termasuk beberapa yang terlibat pada tahap
reproduksi, misalnya serbuk sari, buah, dan biji. Salah satu gejala yang terkenal yang
diperantarai, setidak-tidaknya sebagianoleh auksin ialah dormansi ujung. Akar lateral seperti halnya kuncup lateral
juga dipengaruhi oleh auksin dan pemakaian zat-zat ini dariluar sangat
mendorong pembentukan akar lateral.
Penggunaan praktis yang sangat penting gejala ini adalah dalam
menggalakkan pembentukan akar pada perbanyakan tanaman dengan setek. Salah satu hasil utama penyerbukan bunga
adalah peningkatan kandungan auksin dalam bakal buah. Pemberian auksin sintetik telah lama dikenal
untuk mendorong proses yang sama tanpa penyerbukan dan menghasilkan buah tanpa
biji (Loveless, 1991).
Pengaruh auksin terhadap berbagai aspek perkembangan
tumbuhan (Heddy, 1989), yaitu:
a.
Pemanjangan sel
IAA
atau auksin lain merangsang pemanjangan sel, dan juga akan berakibat pada
pemanjangan koleoptil dan batang.
Distribusi IAA yang tidak merata dalam batang dan akar menimbulkan
pembesaran sel yang tidak sama disertai dengan pembengkokan organ. Sel-sel meristem dalam kultur kalus dan
kultur organ juga tumbuh berkat pengaruh IAA.
Auksin pada umumnya menghambat pemanjangan sel-sel jaringan akar.
b.
Tunas ketiak
IAA
yang dibentuk pada meristem apikal dan ditranspor ke bawah menghambat perkembangan
tunas ketiak (lateral). Jika meristem
apikal dipotong, tunas lateral akan berkembang.
c.
Absisi daun
Daun
akan terpisah dari batang jika sel-sel pada daerah absisi mengalami perubahan
kimia dan fisik. Proses absisi dikontrol
oleh konsentrasi IAA dalam sel-sel sekitar atau pada daerah absisi.
d.
Aktivitas cambium
Auksin
merangsang pembelahan sel dalam daerah kambium.
e.
Tumbuh akar
Dalam akar,
pengaruh IAA biasanya mengahambat pemanjangan sel, kecuali pada konsentrasi
yang sangat rendah.
Di dalam jaringan yang tumbuh aktif terdapat dua macam
auksin, yaitu auksin bebas yang dapat berdifusi, dan auksin terikat yang tak
dapat berdifusi. Dengan pelarut seperti
eter dapat dipisahkan kedua macam auksin tersebut. Auksin yang terikat merupakan pusat dari
kegiatan hormon di dalam sel, sedangkan auksin bebas adalah kelebihan di dalam
keseimbangannya. Maka auksin yang
terikat adalah zat yang aktif di dalam proses pertumbuhan (Kusumo, 1984).
Hasil penelitian terhadap metabolisme auksin
menunjukkan bahwa konsentrasi auksin di dalam tanaman berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi IAA (Abidin, 1983) adalah :
a.
Sintesis auksin.
b.
Pemecahan
auksin.
c.
Inaktifnya IAA
sebagai akibat proses pemecahan molekul.
Zat tumbuh atau hormon adalah zat kimia yang dibuat
dalam suatu bagian tanaman tertentu, tetapi mempengaruhi bagian lain dari
tanaman tersebut (Darmawan, 1983).
Sedangkan menurut Salisbury dan Ross (1995), hormon tumbuhan adalah
senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan
ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan suatu
respon fisiologis.
Respon pada organ sasaran tidak perlu bersifat memacu, karena proses
seperti pertumbuhan dan diferensiasi kadang malahan terhambat oleh hormon. Karena hormon harus disintesis oleh tumbuhan,
maka ion anorganik seperti K+ atau Ca2+, yang dapat juga menimbulkan respon
penting, dikatakan bukan hormon. Zat
pengatur tumbuh organik yang disintesis oleh ahli kimia organik atau yang
disintesis organisme selain tumbuhan juga bukan hormon. Batasan tersebut menyatakan pula bahwa hormon
harus dapat dipindahkan di dalam tubuh tumbuhan (Salisbury dan Ross, 1995).
Hormon nabati yang paling dulu dikenal dan paling
banyak diteliti termasuk ke dalam kelompok auksin. Auksin adalah merupakan salah satu dari zat
pengatur tumbuh yang didefinisikan sebagai senyawa yang dicirikan oleh
kemampuannya dalam mendukung terjadinya perpanjangan sel (cell elongation) pada
pucuk dengan struktur kimia dicirikan oleh adanya indole ring (Abidin, 1983).
Tunas apikal adalah tunas yang tumbuh di pucuk
(puncak) batang. Dominasi apikal dan pembentukan cabang lateral dipengaruhi
oleh keseimbangan konsentrasi hormon. Dominasi apikal diartikan sebagai
persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan.
Selama masih ada tunas pucuk/apikal, pertubuhan tunas lateral akan terhambat
sampai jarak tertentu dari pucuk. Dominasi apikal disebabkan oleh auksin yang
didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral. Hal
ini akan menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih
terlalu tinggi. Pucuk apikal merupakan tempat memproduksi auksin (Dahlia,
2001).
BAB II
METODE PERCOBAAN
2.1 ALAT DAN BAHAN
-
Tanaman Coleus sp
-
Pasta IAA
-
Vaselin
2.2 CARA KERJA
a. Percobaan Auksin Dan Absisi Bagian
Atau Organ Tumbuhan
1. Pilih 2
tanaman Coleus sp yang baik
2. Pilih 3
daun pada masing tanaman dan potong daun tadi dan sisakan bagian petiol daunnya
3. Petiol tanaman
pertama di beri IAA dan petiol tanaman kedua di beri vaselin
4. Amati
setiap 2 hari apakah ada petiol yang gugur,catat waktunya.
5. Setiap 1
minggu ukur panjang masing masing petiol
6. Catat
data hasil pengamatan
b.
Percobaan Apikal Dominan
1. Pilih 3
pucuk tanaman Coleus sp yang
bagus
2. Pucuk 1
dibiarkan(kontrol) dan pucuk 2 dan 3 di potong
3. Pucuk 2
di olesi pasta IAA dan pucuk 3 di olesi vaselin
4. Lalu
amati setiap 2 hari perubahan yang terjadi pada tanaman
5.
Catat hasil pengamatan
BAB III
HASIL PERCOBAAN DAN
PEMBAHASAN
3.1
HASIL PERCOBAAN
a. Tabel Pengamatan Auksin dan Absisi Bagian atau Organ Tumbuhan
Pengamatan ke-
|
Pengukuran
|
Perlakuan
|
||
Kontrol
|
Vaselin
|
IAA
|
||
1
|
Panjang
|
2
cm
|
2
cm
|
2
cm
|
Perubahan
|
Ujung yang dipotong layu
|
Ujung yang dipotong kaku
|
Ujung yang dipotong segar
|
|
2
|
Panjang
|
2
cm
|
2
cm
|
2
cm
|
Perubahan
|
Ujungnya mengering
|
Ujungnya
menegering
|
Ujungnya menguning
|
|
3
|
Panjang
|
2
cm
|
2cm
|
2
cm
|
Perubahan
|
Ujungnya
mengering
|
Ujungnya
tambah mengering
|
Ujungnya menguning
|
|
4
|
Panjang
|
2cm
|
0cm
|
2,2
cm
|
Perubahan
|
Ujungnya lebih mengering
|
Tangkai
daun rontok
|
Ujungnya menguning
|
|
5
|
panjang
|
0
cm
|
-
|
2,4
cm
|
perubahan
|
Tangkai
daun rontok
|
-
|
Ujungnya
menguning dan menyebar ke batang
|
|
6
|
panjang
|
-
|
-
|
2,6
cm
|
perubahan
|
-
|
-
|
Tangkai
daun rontok
|
b. Tabel
Pengamatan Apikal
Dominan
Perlakuan
|
Pengukuran
|
Pengamatan ke
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
Kontrol
|
Tumbuh
tunas
|
-
|
-
|
*
|
*
|
*
|
*
|
Pertambahan
panjang
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Vaselin
|
Tumbuh
tunas
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Pertambahan
panjang
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
IAA
|
Tumbuh
tunas
|
*
|
-
|
*
|
*
|
*
|
*
|
Pertambahan
panjang
|
Tidak
terjadi pertamabahn panjang
|
-
|
0,6
cm
|
-
|
-
|
-
|
3.2
PEMBAHASAN
a.
Auksin
dan absisi bagian atau organ tumbuhan
Percobaanyang dilakukan pada praktikum Auksin dan absisi
organ atau bagian tumbuhan. Dengan menggunakan tanaman Coleus sp yang diberi perlakuan yaitu dengan
pemberian Vaselin, IAA dan kontrol pada ujung tangkai daun yang sebelumnya tangkai
daunnya dipotong dengan menyisakan ukuran 2cm pada semua sampel tumuhan yang
dilakukan.
Pengamatan
pertama yang dialkuakn, dimana pengamatan yang dilakukan yaitu 2 kali seminggu
selama 3 minggu. Semua tanaman berukuran masih berukuran 2 cm pada ujung
tangkai yang dipotong. Namun pada tanaman kontrol ujung tangkai bekas potongan
daun dalam kondisi agak layu. Untuk perlakuan vaselin ujung tangkai bekas potongan
daun dalam kondisi kaku, pada perlakuan IAA ujung tangkai bekas potongan daun
dalam kondisi segar. Pada pengamatan pertama ini sudah menunjukkan reaksi dari
zat yang diberikan pada tanaman. Walaupun belum ada pertambahan panjang.
Pada pengamatan
ke-2 dan pengamatan ke-3 semua tanaman juga masih melmiliki ukuran yang sama,
belum ada perubahan yaitu 2cm. Untuk
kontrol ujung tangkainya mengering,
untuk vaselin tangkai daun mengering, dan untuk IAA dengan ujung tangkai yang
menguning.
Pada pengamatan
ke-4, untuk kontrol panjangnya 2 cm dengan ujung tangkainya lebih mengering dan
untuk IAA mengalami pertambahan panjang yaitu 3 cm dengan ujungnya yang juga
tetap menguning, namun pada tanaman yang diberi vaselin mengalami rontok,
dimana pada pengamatan sebelumnya mengalami kering.
Pada pengamatan
ke-5 kontrol mengalami pengguguran atau rontok, sedangkan pada tanaman yang
diberi IAA walaupun keadaannya menguning pada ujungnya masih mengalami
pertambahan panjang yaitu 2,4cm. kemudian, pada pengamatan terakhir, yaitu
pengamatan ke-6 tanaman yang diberi IAA rontok, namun pada ukurannya mengalami
pertambahan panjang yaitu 2,6 cm.
tangkai yang
menjadi kontrol, yang posisinya berada di bawah tangkai olesan, dan usianya
lebih tua dengan tangkai daun yang diolesi vaselin karena terletak paling
bawah, dan seharusnya mengalami absisi daun yang pertama kalinya tidak membuat
tangkai kontrol gugur terlebih dahulu daripada tangkai yang diolesi dengan
vaselin. Hal tersebut dikarenakan vaselin merupakan senyawa yang dapat
mempercepat absisi daun dikarenakan batang menjadi kaku setelah diolesi vaselin
itu menandakan sel-selnya mengalami kematian sel dan menjadi kaku sehingga
mudah gugur saat tersenggol atau tertiup angin.
Tapi pada
praktikum yang kami lakukan, tangkai daun yang diolesi dengan vaselin mengalami
absisi terlebih dahulu dibandingkan tangkai daun yang diolesi IAA dengan umur
yang lebih tua. Hal tersebut dikarenakan daerah yang akan mengalami absisi
sel-selnya dapat membelah secara aktif dan sel-sel pemisah yang terbentuk oleh
parenkim tidak mudah larut dan bahkan sel-selnya tidak mudah hancur karena
pengaruh hormon auksin yang terkandung dalam IAA, sehingga absisi dapat dicegah
lebih lama. Pengaruh itu lebih jelas dengan pertambahan panjang tangkai daun
yang diolesi IAA.
b.
Dominansi
apikal
Pada pengamatan selanjutnya yaitu
pengamatan yang diamati pertumbuhan bagian apikal dan tunas disekitar apical,
masih menggunakan tanaman Coleus sp. Tanaman yang dikasih vaselin tunas disekitarr apikal
tidak tumbuh,danjuga tidak mengalami pertumbuhan. Sedangkan pada tanaman yang bagian
kontrol tunas tetap tumbuh pada bagian yang dipotong, tapi pada control ini tidak
mngalami pertumbuhan.
Dan bagian yang diberi IAA, tunas tumbuh dan bagian yang diberi IAA mengalami
pertumbuhan dengan panjang 0,6 cm dari titik potong. Pengamatan dialkukan slama 3 minggu. Pada minggu-minggu pertama
belum ada perubahan, namun perubahan tampak pada minggu ke dua pengamatan ke-3
dimana pada daerah yang diberi IAA tumbuh, dan ukurannya bertamabah panjang,
begitu juga dengan tanaman kontrol, walaupun tidak mengalami pertumbuhan, tapi
tetap tumbuh tunasnya.
Semakin tinggi kadar konsentrasi
auksin yang diberikan pada tanaman maka akan menghambat pertumbuhan tunas
lateral, sebaliknya jika sedikit kadar auksin yang diberikan akan mempercepat
pertumbuhan tunas lateral sebagaimana yang telah disebutkan diatas.Tanaman yang
diolesi vaselin dan IAA dapat dikatakan mengalami dominansi apikal kerena tunas
lateral yang tidak tumbuh. Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara
tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan, dominansi apikal atau
dominanis pucuk biasanya menandai pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu
pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominansi apikal setidaknya berpengaruh
dalam menghambat pertumbuhan lateral. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan
tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk.
BAB IV
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
·
Pengaruh IAA
terhadap proses absisi daun/pengguguran daun adalah menghambat proses absisi
daun, sehingga proses pengguran daun lebih lama.
·
Auksin
menghambat tumbuhnya tunas lateral pada tanaman. Jika kadar auksin yang
diberikan pada tanaman banyak, maka akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
lateral, sedangkan jika pemberian auksin sedikit maka pertumbuhan tanaman akan
lebih cepat.
4.2. SARAN
·
Pada saat
melakukan percobaan seharusnya telah menyediakan alat dan bahan yang sesuai,
sehingga pratikum dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Serta bahan
yang digunakan seharusnya disesuaikan sehingga tidak ada bahan yang terbuang
sia-sia.
·
Praktikan
diharafkan untuk lebih teliti dalam melakukan praktikum terutama pada
pengukuran agar data yang diperoleh valid.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 1983. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur
Tumbuh. Bandung: Angkasa
Dahlia.2001. Fisiologi Tumbuhan Dasar. Malang: UM
Press.
Darmawan, Januar
dan Baharsjah Justika S. 1983. Dasar-Dasar
Fisiologi Tanaman. Semarang: Suryandaru
Utama
Heddy, Suwasono. 1989. Hormon Tumbuhan. Jakarta : CV Rajawali
Katuuk, R. P.
J.. 1989. Tehnik Kultur Jaringan dalam
Mikropropagasi Tanaman. Jakarta: Departemen P dan K
Kimball, John
W. 1992.
Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Kusumo,
Surachmat. 1984. Pengatur
Tumbuh Tanaman. Bogor : CV Yasaguna
Loveless, A.
R. 1991.
Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan
Untuk Daerah. Tropik.Jakarta : Erlangga
Salisbury, Frank
B dan Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi
Tumbuhan Jilid 3. Bandung: ITB
Wilkins, Malcolm
B. 1992.
Fisiologi Tanaman 1. Jakarta : Bumi Aksara.
LAMPIRAN
LAPORAN
FISIOLOGI TUMBUHAN
“AUKSIN DAN ABSISI
BAGIAN ATAU ORGAN TUMBUHAN”
OLEH :
Nama :
Dwi Mentari
NPM :
A1D011041
Kelompok :
6 (Enam)
Dosen Pembimbing :
Dra. Yennita, M.Si
Asisten Dosen :
Deni Parlindungan
Rendy Zuldi Eka Putri
Titis Abi Manyu
Aryoga Pratama
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar